MASA PEMERINTAHAN RAJA-RAJA MAJAPAHIT
Masa Pemerintahan Dyah Suryawikrama
Girisawarddhana
Dari Dyah Kertawijaya Wengker (Bhattara
ing Wengker).
Setelah interregnum
(kekosongan kepemimpinan) selama tiga tahun, maka pada tahun 1456 M,
tampillah Dyah Suryawikrama Girisawarddhana menaiki tahta kerajaan Majapahit. Ia adalah salah seorang
anak Dyah Kertawijaya yang semasa pemerintahan ayahnya telah
menjadi raja daerah (bawahan) di Wengker (Bhattara ing Wengker).
Di dalam kitab
Pararaton ia disebutkan dengan nama gelarnya Bhra Hyang Purwwiwisesa. Ia
memerintah selama sepuluh tahun, dan pada tahun 1466 M ia meninggal dunia dan
didharmakan di Puri.
Masa Pemerintahan Dyah Suraprabhawa Sri Singhawikramawarddhana
Dari Bhra Tumapel (bhattara
ring Tumapel)
Sebagai
penggantinya kemudian Bhre Pandan Salas menaiki tahta kerajaan Majapahit dan memerintah mulai
tahun 1466 M. Ia dikenal pula dengan nama Dyah Suraprabhawa Sri
Singhawikramawarddhana. Sebelum menjadi raja di Majapahit, ia
berkedudukan sebagai raja daerah (bawahan) di Tumapel (bhattara ring Tumapel).
Lihat Pararaton
hal 40, prasasti Waringinpitu lempeng IV-verso, baris 1-4 dan
prasasti Trawulan III, di dalam OV, 1918, hal. 170. Kitab
Pararaton menyebutkan bahwa ia hanya memerintah selama dua tahun, kemudian
menyingkir meninggalkan keratonnya. Fakta yang ada berdasarkan prasasti Pamintihan
(lihat : F.D.K Bosch, "De Oorkonde van Sendang Sedati", OV, 1922,
hal. 22-27) yang dikeluarkan olehnya pada tahun 1473 M,
Ternyata bahwa
sampai waktu itu ia masih memerintah sebagai raja Majapahit, bahkan di dalam
prasastinya ia disebutkan sebagai seorang Sri Maharajadhiraja
yang memimpin raja-raja keturunan Tuan Gunung (sri
giripatiprasutabhupatiketubhuta), disamping disebutkan pula sebagai
"penguasa tunggal di tanah Jawa" (yawabhumyekadhipa).
Masa
Pemerintahan Girindrawarddhana Dyah Ranawijaya
Sepeninggal
Dyah Suraprabhawa, kedudukannya sebagai raja Majapahit digantikan oleh anaknya Girindrawarddhana
Dyah Ranawijaya, yang sebelum menduduki tahta Majapahit beliau berkedudukan
sebagai Bhattara i Kling (Raja bawahan di Keling). Pada masa
pemerintahannya beliau tidak berkedudukan di Majapahit, melainkan tetap di
Keling, oleh karenanya dalam prasasti-prasasti yang dikeluarkannya beliau
disebutkan sebagai Paduka Sri Maharaja Bhattara i Kling disamping
sebagai Paduka Sri Maharaja Sri Wilwatiktapura Janggala Kadiri Prabhunata.
Pada awal
pemerintahannya, Ranawijaya didampingi oleh seorang rakryan apatih yang bernama Pu Wahan
(lihat : OJO XCI, baris kedua), sedang pada akhir masa pemerintahannya ia
didampingi oleh seorang rakryan
apatih yang bernama Udara. Dari Babad Tanah Jawi
diperoleh keterangan bahwa patih Udara ini adalah anak
dari patih
Pu Wahan, yang semula ia berkedudukan sebagai adipati di Kadiri (lihat
: W.L. Olthof, Babad Tanah Jawi, 1941, teks bahasa Jawa, hal. 17-18). Suma
Oriental, Tome Pires (Armando Cortesao, The Suma Oriental of Tome Pires
I, 1944, hal. 175 -176) menyebutkan patih Udara ini dengan nama Pate
Udra atau Pate Andura (Pate Amdura).
M.C. Ricklefs, menghubungkan Pate Andura atau
Pate Amdura ini dengan tokoh yang bernama Arta Dirya, yang
disebutkan dalam Babad ing Sengkala sebagai raja yang pernah memerintah pada
tahun Saka 1403-1407 / 1481 M - 1486 M (lihat : M.C. Ricklefs, Modern
Javanese Historical Tradition : A Story of an Original Kartasura Chronicle and
Related Materials, London, 1978, hal. 159).
Pada masa
pemerintahannya, Ranawijaya berusaha untuk mempersatukan kembali wilayah wilayah
dari kerajaan Majapahit yang telah terpecah-pecah
akibat pertentangan keluarga saat memperebutkan kekuasaan di Majapahit. Untuk melaksanakan
cita-citanya tersebut, maka pada tahun Saka 1400 (1478 M) ia melancarkan peperangan
terhadap Bhre Kertabhumi yang pada waktu itu berkedudukan di Majapahit.
Sebagaimana
telah diketahui bahwa Bhre Kertabhumi ini telah merebut tahta kerajaan Majapahit dari tangan Bhre Pandan
Salas (ayah Ranawijaya) pada tahun 1468 M. Oleh karenanya, tindakan Ranawijaya
menyerang Bhre Kertabhumi ini pada dasarnya merupakan revanche (tindakan
balasan) atas perbuatan Bhre Kertabhumi tersebut.
Dalam
peperangan tersebut Ranawijaya berhasil merebut kembali kekuasaan Majapahit dari tangan Bhre
Kertabhumi, dan Bhre Kertabhumi gugur di kadaton. Peristiwa gugurnya Bhre
Kertabhumi ini disebutkan pula di dalam Kitab Pararaton (" .... bhre
Kertabhumi ..... bhre prabhu sang mokta ring kadaton i saka
sunyanora-yuganing-wong, 1400", Pararaton, hal 40. Lihat pula :
Hasan Djafar, Girindrawardhana, 1978, hal. 50).
Dari uraian
kitab Pararaton inilah kemudian muncul candrasengkala 'Sirna ilang
kertining bhumi' , oleh karenanya candrasengkala tersebut pada
dasarnya adalah merupakan peringatan tentang peristiwa gugurnya Bhre
Kertabhumi di kadaton akibat serangan dari Dyah Ranawijaya dan bukan
candra sengakala untuk memperingati keruntuhan dari Kerajaan Majapahit akibat serangan kerajaan
Islam Demak.
Peristiwa
serangan Ranawijaya terhadap Bhre Kertabhumi ini disebutkan di dalam prasasti Jiwu
I yang dikeluarkan oleh Ranawijaya pada tahun 1486 M. Prasasti tersebut
dikeluarkan sehubungan dengan pengukuhan anugerah tanah-tanah di Trailokyapuri
kepada seorang brahmana terkemuka Sri Brahmaraja Ganggadhara yang
telah berjasa kepada raja (Ranawijaya) sewaktu perang melawan Majapahit (Bhre Kertabhumi) sebagai
ternyata dalam kalimat "duk ayunayunan yuddha lawaning Majapahit".
Dari
prasasti-prasasti yang dikeluarkan oleh Girindrawarddhana Dyah Ranawijaya pada
tahun 1486 M, diketahui adanya upacara sraddha untuk memperingati
dua belas tahun meninggalnya Paduka Bhattara ring Dahanapura.
Tokoh Bhattara ring Dahanapura ini dapat diidentifikasikan sebagai Bhre Pandan
Salas Dyah Suraprabhawa Sri Singhawikramawarddhana (Lihat : Martha A
Muuses "Singhawikramawarddhana", FBG, II, 1929, hal 207-214, lihat
pula Zoetmulder ,P.J "Djaman Empu Tanakung", Laporan KIPN-II, VI,
Seksi D, 1965, hal.207), yang telah meninggalkan istana Majapahit pada tahun 1468 M akibat
serangan dari Bhre Kertabhumi.
Baiklah,
berikut ini adalah uraian Raja-raja Majapahit berikut dengan Patih
Amangkubhumi yang mendampinginya :
Nararya Sanggramawijaya yang bergelar Sri Kertarajasa Jayawardhana,
memerintah dari tahun 1293 M - 1309 M.
Beliau adalah
putera dari Dyah Lembu Tal, cucu dari Narasinghamurti (Mahisa
Campaka), cicit dari Mahisa Wunga Teleng, keturunan dari Ken
Arok dari hasil perkawinannya dengan Ken Dedes.
Dengan
demikian Sanggramawijaya ini jelas-jelas trah Singosari dan
hal ini tidak dapat di ganggu-gugat, silsilah geneologis ini juga nyata dalam
pengakuannya sendiri yang tertulis pada prasasti Kudadu berangka
tahun 1294 M.
Adapun Patih Amangkubhumi yang mendampinginya
adalah Pu Tambi atau yang terkenal dengan sebutan Patih Nambi.
Hal ini disebutkan dalam prasasti Penanggungan
berangka tahun 1296 M, sebagai berikut "Rakrian Patih : Empu Tambi
; Rakrian Patih Daha : Empu Sora ; Rakrian Demung : Empu Renteng
; Rakrian Demung Daha : Empu Rakat ; Rakrian Kanuruhan : Empu Elam
; Rakrian Rangga : Empu Sasi ; Rakrian Rangga Daha : Empu Dipa ;
Rakrian Tumenggung : Empu Wahana ; Rakrian Tumenggung Daha : Empu
Pamor ; Sang Nayapati : Empu Lunggah ; Sang Pranaraja : Empu Sina
; Sang Satyaguna : Empu Bango".
Penulis : J.B. Tjondro
Purnomo ,SH
Ringkas Sejarah Kerajaan Majapahit
(Raden Wijaya)
Kerajaan Majapahit Adalah Sebuah Kerajaan Kuno Di Indonesia
Yang Pernah Berdiri Dari Sekitar Tahun 1293 Hingga 1500 M. Kerajaan
Majapahit Mencapai Puncak Kejayaan Pada Masa Kekuasaan Raja Hayam
Wuruk Yang Berkuasa Dari Tahun 1350 Hingga 1389. Kerajaan Majapahit menganut Agama Hindu-Buddha dan merupakan
Kerajaan Terakhir Yang Menguasai Semenanjung Malaya Dan Dianggap Sebagai Salah
Satu Dari Negara Terbesar Dalam Sejarah Indonesia.
Pendiri
Kerajaan Majapahit bernama Raden Wijaya,
beliau Wafat Pada Tahun 1309
Digantikan Oleh Anak beliau Jayanegara.
Seperti Pada Masa Akhir Pemerintahan Ayahnya, Masa Pemerintahan Raja Jayanegara
Banyak Dirongrong Oleh Pemberontakan Orang-Orang Yang Sebelumnya Membantu Raden
Wijaya Mendirikan Kerajaan Majapahit.
Perebutan
Pengaruh Dan Penghianatan Menyebabkan Banyak Pahlawan Yang Berjasa Besar Dicap
Sebagai Musuh Kerajaan. Jayanegara awalnya Terpengaruh Oleh Hasutan dari Orang
kepercayaannya sebut Mahapatih sebagai Biang Keladi Perselisihan Tersebut,
Akhirnya Ia Menyadari Kesalahan Ini Dan Memerintahkan Pengawalnya Untuk
Menghukum Mati Orang Kepercayaannya Itu.
Dalam Situasi ini
Muncul Seorang Prajurit Yang Cerdas Dan Gagah Berani Bernama Gajah Mada. Kemunculannya Sebagai Tokoh
yang Berhasil Memadamkan Pemberontakan Kuti,
Kedudukannya Pada Waktu Itu Berstatus Sebagai Pengawal Raja [ Bekel Bhayangkari
]. Ia mahir mengatur Siasat dan berdiplomasi, Dikemudian Hari akhirnya membawa
nama Gajah Mada Pada dalam Posisi Tinggi Di Jajaran Pemerintahan Kerajaan
Majapahit, Yaitu Sebagai Maha mantri Kerajaan.
Kilas hidup Raden Wijaya;
1. Raden Wijaya
menikah dengan Tribhuwaneswari Ia
Memperoleh Seorang Anak Laki Bernama Jayanagara
Sebagai Putera Mahkota Yang Memerintah Di
Kadiri.
2. Raden Wijaya
menikah dengan Gayatri Ia Memperoleh
Dua Anak Perempuan, Tribhuwanottunggadewi
Jayawisnuwardhani Yang Berkedudukan Di
Jiwana [ Kahuripan ] Dan Ra-Jadewi
Maha-Ra-Jasa Di Daha.
3. Raden Wijaya
Menikah Dengan Dara Petak Dari Jambi - Sumatera Dan Memiliki Anak bernama Kalagemet.
4. Raden Wijaya
menikah dengan Seorang Dara Petak
Yaitu Dara Jingga, Diperisteri Oleh
Kerabat Raja Bergelar Dewa Dan
Memiliki Anak Bernama Tuhan Janaka,
Yang Dikemudian Hari Lebih Dikenal Sebagai Adhityawarman,
Raja Kerajaan Malayu Di Sumatera.
Kedua Orang
Perempuan Dari Jambi Ini Adalah wujud Diplomasi Persahabatan sewaktu masa Raja
Kertanegara bersama Raja Malayu Di Jambi Untuk Bersama-Sama Membendung Pengaruh
Kubhilai Khan. Untuk menyambung tali persahabatan tersebut Raja Malayu, Srimat Tribhuwanaraja Mauliwarmadewa,
Mengirimkan Dua Kerabatnya Untuk Dinikahkan Dengan Raja Singhasari.
Dari Catatan
Sejarah Diketahui “Dara Jingga”
Tidak Betah Tinggal Di Kerajaan Majapahit, Akhirnya Pulang
Kembali Ke Kampung Halamannya.
Pada Masa Jayanegara Hubungan Dengan Cina
Kembali Pulih. Perdagangan Antara Kedua Negara Meningkat, Banyak Saudagar Cina menetap
Di wilayah Kerajaan Majapahit. Jayanegara Memerintah Sekitar
11 Tahun, Pada Tahun 1328 Ia Dibunuh Oleh Tabibnya Yang Bernama Tanca Karena Berbuat Serong Dengan
Isterinya. Tanca Kemudian Dihukum Mati Oleh Gajah Mada. Jayanegara yidak
Memiliki Putera.
Pemerintahan
Majapahit Setelah Raja Jayanegara, Pimpinan Kerajaan diambil Alih Adik
Perempuan Jayanegara, Bernama Jayawisnuwarddhani,
Atau Dikenal Sebagai Bhre Kahuripan
Sesuai Wilayah Yang Diperintah Sebelum Menjadi Ratu.
Namun
Pemberontakan Di Dalam Negeri Terus Berlangsung Menyebabkan Kerajaan dalam
situasi berperang. Diantaranya adanya Pemberontakan Sadeng Dan Keta Tahun
1331. Kemelut ini memunculkan kembali Nama Gajah Mada Ke Permukaan.
Keduanya Dapat
Dipadamkan Dengan Kemenangan Mutlak diPihak Kerajaan Majapahit.
Setelah Persitiwa Ini, Mahapatih Gajah Mada Mengucapkan Sumpahnya Yang
Terkenal, yaitu Sumpah Amukti Palapa , Mulailah Ia menundukkan Daerah-daerah Di
Nusantara, Seperti;
Gurun [ Di Kalimantan ], Seran [ ? ],
Tanjungpura [ Kalimantan ], Haru [ Maluku? ], Pahang [ Malaysia ], Dompo [
Sumbawa ], Bali, Sunda [ Jawa Barat
], Palembang [ Sumatera ], Dan Tumasik [ Singapura ]. Untuk Membuktikan
Sumpahnya, Pada Tahun 1343 Bali Berhasil Ia
Ditundukan.
Era Pemerintahan Ratu Jayawisnuwaddhani,
Ratu memerintah
selama 22 Tahun. Akhirnya digantikan
Anaknya Yang Bernama Hayam Wuruk, Anak
dari perkawinan dengan Cakradhara,
Penguasa Wilayah Singhasari.
Era Pemerintahan Hayam Wuruk,
Hayam Wuruk dinobatkan
Sebagai Raja Tahun 1350. Dengan Gelar Sri
Rajasanagara. Gajah Mada Tetap Mengabdi Sebagai Patih Hamangkubhumi [
Mahapatih ] Yang Diperolehnya Ketika Mengabdi Kepada Ibunda Sang Raja.
Di Masa Pemerintahan Hayam Wuruk Inilah
Kerajaan
Majapahit Mencapai Puncak Kebesarannya. Ambisi Gajah Mada Untuk
Menundukkan Nusantara Mencapai Hasilnya Di Masa Ini Sehingga Pengaruh Kekuasaan
Kerajaan
Majapahit cukup luas.
Pengaruh dirasakan Sampai Ke Semenanjung Malaysia, Sumatera, Kalimantan, Maluku, Hingga Papua, dan Jawa Barat dapat
Ditaklukkan Pada Tahun 1357 Melalui
Sebuah Peperangan Yang Dikenal Dengan Peristiwa
Bubat, Yaitu Ketika Rencana Pernikahan Antara Dyah Pitaloka, Puteri Raja Pajajaran, Dengan Hayam Wuruk Berubah
Menjadi Peperangan Terbuka Di Lapangan Bubat, merupakan Lapangan Di Ibukota
Kerajaan Yang Menjadi Lokasi Perkemahan Rombongan Kerajaan Tersebut.
Akibat
Peperangan Itu Dyah Pitaloka Bunuh
Diri dan Menyebabkan Perkawinan Politik Dua Kerajaan Ini Gagal. Dalam Kitab Pararaton Disebutkan Bahwa
Setelah Peristiwa Itu “Hayam Wuruk
Menyelenggarakan Upacara Besar Untuk Menghormati Orang-Orang Sunda Yang Tewas
Dalam Peristiwa Tersebut”.
Pada Waktu
Bersamaan Kerajaan Majapahit Juga melakukan Eskpedisi Ke Dompo
[ Padompo ] Dipimpin Oleh Seorang Petinggi Bernama Nala Kerajaan Majapahit
Menguasai Kerajaan-Kerajaan Lain Di Semenanjung
Malaya, Borneo, Sumatra, Bali Dan Filipina dan kekuasaan kerajaan
majapahit terbentang hingga Indonesia Timur. Meskipun Wilayah Kekuasaan
Masih Diperdebatkan.
Hanya Terdapat
Sedikit bukti- bukti secara fisik dari Sisa-Sisa Kerajaan Majapahit
Dan Sejarah Tak Jelas. Sumber Utama dirumuskan Oleh Sejarawan Adalah Pararaton
- Kitab Raja-Raja Dalam Bahasa Kawi Dan Nagara kertagama Dalam Bahasa Jawa
Kuno. Pararaton Terutama Menceritakan Ken Arok [ Pendiri Kerajaan Singhasari ]
Namun Juga Memuat Beberapa Bagian Pendek Mengenai Terbentuk Kerajaan
Majapahit.
Sementara itu
Nagarakretagama Merupakan Puisi Jawa Kuno Yang ditulis pada Masa Keemasan Kerajaan
Majapahit di bawah Pemerintahan Hayam
Wuruk. Setelah Masa itu hal Yang Terjadi tidaklah Jelas. Selain Itu terdapat
beberapa Prasasti Dalam Bahasa Jawa Kuno Maupun Catatan Sejarah Dari Tiongkok dan
Negara-negara Lain
Keakuratan
Semua Naskah Berbahasa Jawa Tersebut Dipertentangkan. Tidak Dapat Disangkal
Bahwa Sumber-Sumber Itu Memuat Unsur Mitos. Beberapa Sarjana Seperti C.C. Berg Menganggap Semua Naskah
Tersebut Bukan Catatan Masa Lalu Tetapi Memiliki Arti Supernatural Dalam Hal
Dapat Mengetahui Masa Depan.
Namun Demikian
Banyak Pula Sarjana Yang Beranggapan Bahwa Garis Besar Sumber-Sumber Tersebut
Dapat Diterima Karena Sejalan Dengan Catatan Sejarah Dari Tiongkok Khusus
Daftar Penguasa Dan Keadaan Kerajaan Yang Tampak Cukup Pasti.
Ulas balik Kerajaan Singhosari setelah Raja Kertanegara Gugur
Kerajaan Singhasari Berada Di Bawah Kekuasaan Raja Jayakatwang dari Kadiri. Salah Satu Keturunan Penguasa
Singhasari, Yaitu Raden Wijaya,
Kemudian Berusaha Merebut Kembali Kekuasaan Nenek Moyangnya. Ia Adalah
Keturunan Ken Arok, Raja Singhasari Pertama Dan Anak Dari Dyah Lembu Tal. Ia
Juga Dikenal Dengan Nama Lain, Yaitu Sri
baginda Raja Nararyya
Sanggramawijaya pendiri Kerajaan Majapahit.
Menurut Sumber
Sejarah, Raden Wijaya Sebenarnya
Adalah Mantu Kertanegara Yang Masih
Terhitung Keponakan. Kitab Pararaton Menyebutkan Bahwa Ia Mengawini Dua Anak
Sang Raja Sekaligus, Tetapi Kitab Negarakertagama Menyebutkan Bukannya Dua
Melainkan Keempat Anak Perempuan Kertanegara Dinikahinya Semua.
Pada Waktu
Jayakatwang Menyerang Singhasari, Raden Wijaya Diperintahkan Untuk
Mempertahankan Ibukota Di Arah Utara. Kekalahan Yang Diderita Singhasari
Menyebabkan Raden Wijaya Mencari Perlindungan Ke Sebuah Desa Bernama Kudadu, Lelah Dikejar-Kejar Musuh
Dengan Sisa Pasukan Tinggal Duabelas Orang.
Berkat
Pertolongan Kepala Desa Kudadu, Rombongan R.Wijaya dapat Menyeberang Laut menuju
pulau Madura dan Memperoleh Perlindungan Dari Aryya Wiraraja, Seorang Bupati Di
Pulau Ini. Berkat Bantuan Arya Wiraraja, R.Wijaya akhirnya kembali ke pulau Jawa
Dan Diterima Oleh Raja Jayakatwang.
Kemudian Ia
Diberi wilayah Di daerah Hutan Tarik Untuk Dibuka Menjadi Desa, Hal ini bertujuan
untuk Mengantisipasi Serangan Musuh Dari Arah Utara Sungai Brantas. Berkat
Bantuan Aryya Wiraraja Ia Kemudian Mendirikan Desa Baru Yang Diberi Nama Majapahit
dikenal kemudian menjadi Kerajaan Majapahit.
Di Desa Inilah
Raden Wijaya sebagai pemimpin Dan mulai menghimpun kekuatan baru, Khususnya
Rakyat Yang Loyal Terhadap Almarhum Kertanegara Berasal Dari Daerah Daha Dan Tumapel.
Aryya Wiraraja Sendiri ikut menyiapkan Pasukannya Di Madura Untuk Membantu
Raden Wijaya Bila Saatnya tiba diperlukan. dimungkinkan Ia Pun Kurang Menyukai
Raja Jayakatwang.
Sesudah
Singhasari Mengusir Sriwijaya Dari Jawa Secara Keseluruhan Pada Tahun 1290
Singhasari Menjadi Kerajaan Paling Kuat Di Wilayah Tersebut. Hal Ini Menjadi
Perhatian Kubilai Khan Penguasa Dinasti Yuan Di Tiongkok. Ia pun Mengirim
Utusannya Bernama Meng Chi Ke Singhasari tujuan menuntut Upeti.
Kertanagara
Penguasa Kerajaan Singhasari Menolak Untuk Membayar Upeti Dan Mempermalukan
Utusan Tersebut dengan Merusak Wajah dan Memotong Telinganya sebagai dasar ia
menolak memberi Upeti. Melihat Utusannya tersebut Kublai Khan Marah Lalu
Memberangkatkan Ekspedisi Besar Ke Jawa Tahun 1293.
Ketika Itu
Jayakatwang sebagai Adipati Kediri Sudah Membunuh Kertanagara. Atas Saran Aria
Wiraraja Jayakatwang Memberikan Pengampunan Kepada Raden Wijaya Menantu
Kertanegara Yang Datang Menyerahkan Diri. Sebagaimana diatas disebutkan R.Wijaya
Kemudian Diberi Hutan Tarik . Dan akhirnya ia Membangun Desa Baru ditempat
tersebut.
Desa Itu
Dinamai Majapahit Yang Nama Diambil Dari Buah Maja, Rasanya amat
pahit. Ketika Pasukan Mongolia
Tiba, R.Wijaya Bersekutu Dengan Pasukan Mongolia Untuk Bertempur Melawan
Jayakatwang. Pada akhirnya R.Wijaya Berbalik Menyerang Sekutu Mongol Sehingga
Memaksa Mereka untuk menarik Pulang Kembali Pasukannya Secara Kalang-Kabut sebab
Mereka Berada Di Teritori Asing. Saat Itu menjadi Kesempatan Terakhir Mereka agar
Dapat Pulang Atau Mereka Harus Terpaksa Menunggu Enam Bulan Lagi Di Pulau Yang
Asing,
“Hal ini Tidak
Terduga Sebelumnya Bahwa Pada Tahun 1293 Jawa, Kedatangan Pasukan Dari Cina
Diutus Oleh Kubhilai Khan Untuk Menghukum Singhasari Atas Penghinaan Yang
Pernah Diterima Utusannya Pada Tahun 1289”.
Pasukan
Berjumlah Besar Ini Setelah Berhenti Di Pulau Belitung
Untuk Beberapa Bulan Dan Kemudian Memasuki Jawa Melalui Sungai Brantas Langsung
Menuju Ke Daha. Kedatangan Ini Diketahui Oleh R.Wijaya, Ia Meminta Izin Untuk
Bergabung Dengan Pasukan Cina Yang Diterima Dengan Sukacita.
Serbuan Ke Daha
Dilakukan Dari Darat Maupun Sungai Yang Berjalan cukup Sengit Sepanjang Pagi
Hingga Siang Hari. Gabungan Pasukan Cina Dan R.Wijaya Berhasil Membinasakan
5.000 Tentara Daha. Dengan Kekuatan Yang Tinggal Setengah, Jayakatwang akhirnya
Mundur Untuk Berlindung Di Dalam Benteng. Sore Hari, Menyadari Ia Tidak Mungkin
lagi mempertahankan Daha, Jayakatwang Keluar Dari Benteng dan akhirnya Menyerahkan
diri untuk Kemudian ditawan Oleh Pasukan Cina.
Dengan Dikawal
Dua Perwira, 200 Pasukan Cina, R.Wijaya minta Izin Kembali ke Kerajaan Majapahit
Untuk Menyiapkan Upeti Bagi Kaisar Khubilai Khan. Namun Dengan Tipu Muslihat
R.Wijaya, Ia melakukan serangan balik, akhirnya Kedua Perwira beserta Pengawalnya
berhasil dibinasakan Oleh Raden Wijaya.
Akhirnya
Cita-Cita R.Wijaya Untuk Menjatuhkan Daha Dan Membalas Sakit Hatinya Kepada
Jayakatwang terwujud Dengan Memanfaatkan Tentara Asing tersebut. Ia Kemudian
Memproklamasikan Berdirinya Sebuah Kerajaan Baru Yang Dinamakan Kerajaan
Majapahit.
Pada Tahun 1215
Raden Wijaya akhirnya Dinobatkan Sebagai Raja Pertama kerajaan Majapahit Dengan
Gelar Sri Kertarajasa Jayawardhana. Keempat Anak Kertanegara Dijadikan
Permaisuri Dengan Gelar;
1. Sri
Parameswari Dyah Dewi Tribhuwaneswari, 2. Sri Mahadewi Dyah Dewi Narendraduhita, 3. Sri Jayendradewi Dyah Dewi Prajnyaparamita, 4. Dan Sri Rajendradewi Dyah Dewi Gayatri.
Tanggal Pasti
Yang Digunakan Sebagai Tanggal Kelahiran berdirinya Kerajaan Majapahit
Adalah menurut Hari Penobatan R.Wijaya Sebagai Raja Yaitu Pada Tanggal 10 November 1293. Ia Dinobatkan Dengan Nama Resmi Kertarajasa Jayawardhana. Kerajaan Ini Menghadapi Masalah. Akibat
perselisihan dan hasutan dari pihak ke tiga dalam pemerintahannya dari beberapa
Orang Terpercaya Kertarajasa Termasuk Ranggalawe, Lembu Sora dan Nambi
Memberontak Melawan kerajaan, walaupun Pemberontakan Tersebut Tak Berhasil juga.
Menurut sumber
hal ini terjadi karena Mahapatih Halayudha Lah Yang Melakukan Konspirasi Untuk
Menjatuhkan Semua Orang Terpercaya Raja Agar Ia Dapat Mencapai Posisi Tertinggi
Dalam Pemerintahan. Namun Setelah Kematian Pemberontak Terakhir [ Kuti ]
Halayudha akhirnya ditangkap dan dipenjara, lalu dihukum Mati. R.Wijaya
Meninggal Dunia Pada Tahun 1309.
Anak Dan
Penerus Wijaya adalah Jayanegara Adalah Penguasa Yang Jahat Dan Amoral. Ia
Digelari Kala Gemet Yang Berarti Penjahat
Lemah. Pada Tahun 1328 Jayanegara Dibunuh Oleh Tabib Tanca. Ibu Tiri
Yaitu Gayatri Rajapatni Seharus Menggantikan Akan Tetapi Rajapatni Memilih
Mengundurkan Diri Dari Istana Dan Menjadi Pendeta Wanita.
Rajapatni Menunjuk Anak Perempuan bernama
Tribhuwana Wijayatunggadewi Untuk
Menjadi Ratu di Kerajaan Majapahit. Selama Kekuasaan Tribhuwana Kerajaan
Majapahit Berkembang Menjadi Lebih Besar Dan Terkenal Di Daerah
Tersebut. Tribhuwana Menguasai Kerajaan Majapahit Sampai
Kematian Ibu Pada Tahun 1350.
Ia Diteruskan
Oleh Putra Hayam Wuruk. Hayam Wuruk
Juga Disebut Rajasanagara Memerintah
Kerajaan Majapahit Dari Tahun 1350 Hingga 1389.
Pada Masa Kerajaan
Majapahit Mencapai Puncak Kejayaan Dengan Bantuan Mahapatih Gajah
Mada. Di Bawah Perintah Gajah Mada [ 1313-1364 ] Kerajaan Majapahit
Menguasai Lebih Banyak Wilayah.
Pada Tahun 1377
Beberapa Tahun Setelah Kematian Gajah Mada Kerajaan Majapahit
Melancarkan Serangan Laut Ke Palembang
Menyebabkan Runtuh Sisa-Sisa Kerajaan Sriwijaya. Jenderal Terkenal Kerajaan
Majapahit Lain Adalah Adityawarman
Yang Terkenal Karena Penaklukan Di Minangkabau
Setelah Peristiwa Bubat, Mahapatih Gajah Mada
Mengundurkan Diri Dari Jabatannya Karena Usia Lanjut, Sedangkan Hayam Wuruk Akhirnya Menikah Dengan
Sepupunya Sendiri Bernama Paduka Sori,
Anak Dari Bhre Wengker Yang Masih Terhitung Bibinya. Di Bawah Kekuasaan Hayam Wuruk
Kerajaan Majapahit Menjadi Sebuah Kerajaan Besar dan Kuat,
Baik Di Bidang Ekonomi Maupun Politik. Hayam Wuruk Memerintahkan Pembuatan
Bendungan- bendungan, saluran-saluran Air Untuk Kepentingan Irigasi Dan guna mengendalikan
Banjir.
Sejumlah
Pelabuhan Sungai dibuat untuk memudahkan Sarana Transportasi guna menunjang Bongkar
Muat Barang. Empat Belas Tahun Setelah Ia Memerintah, Mahapatih Gajah Mada
Meninggal Dunia Di Tahun 1364. Jabatan Patih Hamangkubhumi Tidak Terisi Selama
Tiga Tahun Sebelum Akhirnya Gajah Enggon
Ditunjuk Hayam Wuruk Mengisi Jabatan tersebut.
Tidak Banyak sumber
yang dapat menceritakan tentang Gajah Enggon, baik di dalam Prasasti Atau Pun
Naskah- Naskah Masa Kerajaan Majapahit Yang Dapat Mengungkap Sepak Terjangnya
dalam pemerintahan kerajaan Majapahit.
Raja Hayam Wuruk akhirnya
Wafat Tahun 1389. Menantu Yang Sekaligus Merupakan Keponakannya Sendiri, Bernama
Wikramawarddhana Naik Tahta Sebagai
Raja, Namun Bukan Kusumawarddhani
Yang seharusnya mengantikannya sebagai Garis Keturunan Langsung Dari Hayam
Wuruk. Pada Akhirnya, Ia Memerintah Selama (Dua belas) 12 Tahun Sebelum Mengundurkan
Diri Sebagai Pendeta.
Sebelum Turun Tahta Ia Menujuk
Puterinya, Suhita Menjadi Ratu. Hal Ini Tidak Disetujui Oleh Bhre
Wirabhumi, Anak Hayam Wuruk Dari Seorang Selir Yang Menghendaki Tahta Itu Dari
Keponakannya. Perebutan Kekuasaan Ini mengakibatkan Perang Saudara Yang Dikenal
Dengan adanya Perang Paregreg.
Bhre Wirabhumi Yang Semula
Memperoleh Kemenanggan Akhirnya Harus Melarikan Diri Setelah Bhre Tumapel Ikut
Campur Membantu Pihak Suhita. Bhre Wirabhumi Kalah Bahkan Akhirnya Terbunuh
Oleh Raden Gajah. Perselisihan Keluarga Ini Membawa Dendam Yang Tidak
Berkesudahan. Beberapa Tahun Setelah Terbunuhnya Bhre Wirabhumi Kini Giliran
Raden Gajah Yang Dihukum Mati Karena Dianggap Bersalah Membunuh Bangsawan
Tersebut.
Menurut Kakawin
Nagarakretagama Pupuh XIII-XV Daerah Kekuasaan Kerajaan Majapahit
Meliputi; “Sumatra Semenanjung Malaya Borneo Sulawesi
Kepulauan Nusa Tenggara Maluku Papua Dan Sebagian Kepulauan Filipina”. Namun
Demikian Batasan Alam Dan Ekonomi Menunjukkan Bahwa Daerah-Daerah Kekuasaan
Tersebut Tampak Tidaklah Berada Di Bawah Kekuasaan yang terpusat Kerajaan
Majapahit. Tetapi Terhubungkan Satu Sama Lain Oleh Perdagangan Yang
Mungkin Berupa Monopoli Oleh Raja. Kerajaan Majapahit Juga
Memiliki Hubungan Dengan Campa, Kamboja, Siam Birma Bagian Selatan Dan Vietnam,
Bahkan Mengirimkan Duta-Duta Ke Tiongkok.
Ratu Suhita Wafat Tahun 1477, Karena
Tidak Mempunyai Anak. Kedudukannya Digantikan Oleh Adiknya, Bhre Tumapel Dyah Kertawijaya. Tidak Lama Ia
Memerintah Digantikan Oleh Bhre Pamotan Bergelar Sri Rajasawardhana Yang Juga Hanya Tiga Tahun Memegang Tampuk
Pemerintahan, Antara Tahun 1453-1456.
Dalam
Pemerintahan Kerajaan Majapahit belum memiliki Raja Karena adanya Perdebatan
Di Dalam Keluarga Kerajaan. Gejolak dalam kerajaan Sedikit terkendali, saat Dyah Suryawikrama Girissawardhana Naik Tahta. Namun Ia Pun Tidak Lama
Memegang Kendali Kerajaan Karena Setelah Itu Perebutan Kekuasaan Kembali terjadi
lagi.
Demikianlah
Kekuasaan Kerajaan Majapahit Silih Berganti Beberapa Kali Dari Tahun 1466
Sampai Menjelang Tahun 1500. Berita-Berita di Cina, Italia, Dan Portugis Masih
Menyebutkan Nama Kerajaan Majapahit Di Tahun 1499 Tanpa
Menyebutkan Nama Rajanya. Pada akhirnya diketahui, Semakin Meluasnya Pengaruh dari
Kerajaan Kecil Demak Di Pesisir Utara Jawa sebagai kerajaan- kesultanan yang Menganut
Agama Islam, pada puncaknya diketahui sebagai Salah Satu Penyebab dari Runtuhnya
Kerajaan Majapahit.
Sesudah
Mencapai Puncak Pada Abad Ke-14 Kekuasaan Kerajaan Majapahit
Berangsur-Angsur Melemah. Akibat terjadinya Perang Saudara [ Perang Paregreg ]
Pada Tahun 1405-1406 Antara Wirabhumi Melawan Wikramawardhana. Demikian Pula
Telah Terjadi Pergantian Raja Yang Dipertengkarkan Pada Tahun 1450-An Dan
Pemberontakan Besar Yang Dilancarkan Oleh Seorang Bangsawan Pada Tahun 1468.
Dalam Tradisi
Jawa Ada Sebuah Kronogram Atau Candra sengkala Yang Berbunyi Sirna Ilang
Kretaning Bumi.
Sengkala Ini
Konon Adalah Tahun Berakhir Kerajaan Majapahit Dan Harus
Dibaca Sebagai 0041 Yaitu Tahun 1400 Saka Atau 1478 Masehi. Arti Sengkala Ini
Adalah Sirna Hilanglah Kemakmuran Bumi. Namun Demikian Yang Sebenarnya
Digambarkan Oleh Candrasengkala Tersebut Adalah memperingati Gugurnya Bre
Kertabumi Raja Ke-11 Kerajaan Majapahit Oleh Girindrawardhana
Tahun 1522 Kerajaan
Majapahit Tidak Lagi Disebut Sebagai Sebuah Kerajaan Melainkan Hanya
Sebuah Kota .
Pemerintahan Di Pulau Jawa Telah Beralih Ke Demak Di Bawah Kekuasaan Adipati Unus, Anak Raden Patah, Pendiri
Kerajaan Demak Yang Masih Keturunan Bhre Kertabhumi.
Ia
Menghancurkan Kerajaan Majapahit Karena Ingin Membalas Sakit
Hati Neneknya Yang Pernah Dikalahkan Raja Girindrawarddhana Dyah Ranawijaya.
Demikianlah Maka Pada Tahun 1478 Hancurlah Kerajaan Majapahit
Sebagai Sebuah Kerajaan Penguasa Nusantara Dan Berubah Satusnya Sebagai Daerah
Taklukan Raja Demak.
Berakhir Pula
Rangkaian Penguasaan Raja-Raja Hindu- budha Di Jawa Timur Yang Dimulai Oleh Ken
Arok Saat Mendirikan Kerajaan Singhasari, dan pada akhirnya berakhir menjadi
Bentuk Kerajaan Baru yang Bercorak Agama Islam.
Sewaktu Kerajaan
Majapahit Didirikan Pedagang Muslim Dan Para Penyebar Agama Sudah
Mulai Memasuki wilayah Nusantara. Terjadi pada Akhir Abad Ke-14 Dan Awal Abad
Ke-15 .Pengaruh Kerajaan Majapahit, Di Seluruh Nusantara Mulai
Berkurang. Pada Saat Bersamaan Sebuah Kerajaan Perdagangan Baru Yang
Berdasarkan Agama Islam Yaitu Kesultanan Malaka Mulai Muncul Di Bagian Barat
Nusantara.
Catatan Sejarah
Dari Tiongkok Portugis [ Tome Pires ] Dan Italia [ Pigafetta ] Mengindikasikan
Bahwa Telah Terjadi Perpindahan Kekuasaan Kerajaan Majapahit
Dari Tangan Penguasa Hindu Ke Tangan Adipati Unus Penguasa Dari Kesultanan
Demak Antara Tahun 1518 Dan 1521 M.
Letak
Geografis Kerajaan Majapahit Merupakan Negara Agraris serta Negara
Perdagangan.
Kerajaan Majapahit Memiliki Pejabat- pejabat berwenang Sendiri
Untuk Mengurusi Pedagang Dari India Dan Tiongkok Yang Menetap Di Ibu Kota
Kerajaan, Maupun bertempat diberbagai Wilayah lain dari Kerajaan Majapahit
Di Jawa.
Menurut Catatan
Wang
Ta-Yuan Pedagang Tiongkok Komoditas Ekspor Jawa Pada Saat Itu
Ialah berupa “Lada, Garam, Kain Dan Burung Kakak Tua” Sedangkan Komoditas
Impor Adalah “Mutiara, Emas, Perak, Sutra, Barang Keramik
Dan Barang Dari Besi”.dan untuk memudahkan perdagangan terdapat Mata
Uang kerajaan Majapahit yang dibuat dari Campuran bahan Perak, Timah Putih, Timah
Hitam Dan Tembaga.
Selain Itu
Catatan Odorico Da Pordenone
Biarawan Katolik Roma Dari Italia Yang Mengunjungi Jawa Pada Tahun 1321. Menyebutkan Bahwa Istana Raja Jawa Penuh Dengan
Perhiasan Emas Perak Dan Permata.
Letak Ibu Kota Kerajaan Majapahit
berada Di Trowulan daerah mojokerto sekarang ini, dan Ibu Kota
ini Merupakan Kota
yang Besar, Terkenal Dengan Perayaan Besar Keagamaannya Diselenggarakan Tiap Tahun.
Agama Buddha Siwa Dan Waisnawa
[Pemuja Wisnu] Dipeluk Oleh Penduduk Kerajaan Majapahit, Menurut
kepercayaan Pemuja Wisnu Raja Dianggap sebagai Titisan Buddha Siwa Maupun
Wisnu.
Dalam bidang
Arsitektur, Walaupun Batu Bata Telah Digunakan diwaktu itu, namun Arsitek dalam
pembuatan Candi Pada Masa Kerajaan Majapahit lah Yang Paling
Ahli Menggunakannya.
Candi-Candi Kerajaan
Majapahit Berkualitas sangat Baik Secara Geometris Dengan Memanfaatkan
Getah dari Tumbuhan Merambat dicampur dengan Gula Merah Sebagai Perekat Batu
Bata tersebut. Contoh Candi Kerajaan Majapahit Yang Masih dapat
Ditemui hingga masa sekarang Adalah Candi Tikus Dan Candi Bajangratu Di
Trowulan – Kota Mojokerto, Jawa timur.
Birokrasi
dalam Struktur Pemerintahan kerajaan
Majapahit. Susunan Birokrasi sudah
Teratur. Pada Masa Pemerintahan Hayam Wuruk, sudah Tampak Struktur Dan
Birokrasi Tersebut Namun tak banyak berubah selama Perkembangan Sejarahnya.
Raja tetap dianggap Sebagai Penjelmaan Dewa Di Dunia Dan Ia Memegang Otoritas
Politik Tertinggi.
Raja Dibantu
Oleh Sejumlah Pejabat Birokrasi Dalam Melaksanakan Pemerintahan Dengan Para
Putra Dan Kerabat- kerabat Dekat Raja yang Memiliki Kedudukan Tinggi didalam
kerajaan dan Perintah Raja Biasa diturunkan Kepada Pejabat-Pejabat Di Bawah
Antara Lain Yaitu :
* Rakryan Mahamantri Katrini Biasa Dijabat Putra-Putra Raja
* Rakryan Mantri Ri Pakira-Kiran Dewan Menteri Yang Melaksanakan Pemerintahan
* Dharmmadhyaksa Para Pejabat Hukum Keagamaan
* Dharmma-Upapatti
Dalam Rakryan Mantri Ri Pakira-Kiran Terdapat Seorang Pejabat Terpenting Yaitu Rakryan Mapatih Atau Patih Hamangkubhumi. Pejabat Ini Dikatakan Sebagai Perdana Menteri di masa pemerintahan modern Yang bertugas bersama-sama Raja dapat Ikut Melaksanakan Kebijaksanaan Pemerintahan. Selain Itu Terdapat Pula Semacam Dewan Pertimbangan Kerajaan Yang Anggotanya dari Para Sanak Saudara Raja Disebut “Bhattara Saptaprabhu”
Di Bawah Raja Kerajaan
Majapahit Terdapat Pula
Sejumlah Raja- raja Daerah disebut Paduka Bhattara. Mereka Biasa diangkat
dari Saudara Atau Kerabat Dekat Raja Dan Bertugas untuk Mengumpulkan
Penghasilan Kerajaan guna Penyerahan Upeti Dan sebagai Pertahanan Kerajaan di
Wilayah Masing-Masing. Dalam Prasasti Wingun Pitu [ 1447 M ] Disebutkan Bahwa
Pemerintahan Kerajaan Majapahit Dibagi Menjadi 14 Daerah
Bawahan Yang Dipimpin Oleh Seseorang Yang Bergelar Bhre. Daerah-Daerah Bawahan
Tersebut Yaitu :
* Kelinggapura
* Kembang Jenar
* Matahun
* Pajang
* Singapura
* Tanjungpura
* Tumapel
* Wengker
* Daha
* Jagaraga
* Kabalan
* Kahuripan
* Keling
Dalam Daftar Raja-Raja Kerajaan Majapahit Terdapat Periode Kekosongan Antara Pemerintahan Rajasawardhana [ Penguasa Ke-8 ] Dan Girishawardhana Yang Mungkin Diakibatkan Oleh Krisis Suksesi Yang Memecah- belah Keluarga Kerajaan Majapahit Menjadi Dua Kelompok.
Raja- raja Kerajaan Majapahit yang pernah berkuasa;
1. Raden Wijaya Bergelar Kertarajasa Jayawardhana [ 1293 - 1309 ]
2. Kalagamet Bergelar Sri Jayanagara [ 1309 - 1328 ]
3. Sri Gitarja Bergelar Tribhuwana Wijayatunggadewi [ 1328 - 1350 ]
4. Hayam Wuruk Bergelar Sri Rajasanagara [ 1350 - 1389 ]
5. Wikramawardhana [ 1389 - 1429 ]
6. Suhita [ 1429 - 1447 ]
7. Kertawijaya Bergelar Brawijaya I [ 1447 - 1451 ]
8. Rajasawardhana Bergelar Brawijaya II [ 1451 - 1453 ]
9. Purwawisesa Atau Girishawardhana Bergelar Brawijaya III [ 1456 - 1466 ]
10. Pandanalas Atau Suraprabhawa Bergelar Brawijaya IV [ 1466 - 1468 ]
11. Kertabumi Bergelar Brawijaya V [ 1468 - 1478 ]
12. Girindrawardhana Bergelar Brawijaya VI [ 1478 - 1498 ]
13. Hudhara Bergelar Brawijaya VII [ 1498-1518 ]
1. Raden Wijaya Bergelar Kertarajasa Jayawardhana [ 1293 - 1309 ]
2. Kalagamet Bergelar Sri Jayanagara [ 1309 - 1328 ]
3. Sri Gitarja Bergelar Tribhuwana Wijayatunggadewi [ 1328 - 1350 ]
4. Hayam Wuruk Bergelar Sri Rajasanagara [ 1350 - 1389 ]
5. Wikramawardhana [ 1389 - 1429 ]
6. Suhita [ 1429 - 1447 ]
7. Kertawijaya Bergelar Brawijaya I [ 1447 - 1451 ]
8. Rajasawardhana Bergelar Brawijaya II [ 1451 - 1453 ]
9. Purwawisesa Atau Girishawardhana Bergelar Brawijaya III [ 1456 - 1466 ]
10. Pandanalas Atau Suraprabhawa Bergelar Brawijaya IV [ 1466 - 1468 ]
11. Kertabumi Bergelar Brawijaya V [ 1468 - 1478 ]
12. Girindrawardhana Bergelar Brawijaya VI [ 1478 - 1498 ]
13. Hudhara Bergelar Brawijaya VII [ 1498-1518 ]
Kerajaan Majapahit
Memiliki Pengaruh cukup Nyata Dan Berkelanjutan Dalam Bidang Arsitektur terutama
di Indonesia .
Penggambaran Bentuk Paviliun [ Pendopo ] Berbagai Bangunan Di Ibukota Kerajaan
Majapahit Dalam Kitab Negarakretagama Telah Menjadi Inspirasi Bagi
Arsitektur Berbagai Bangunan Keraton Di Jawa Serta Pura Dan Kompleks Perumahan
Masyarakat Di Bali di Masa Kini.
Pada Zaman Kerajaan
Majapahit Terjadi Perkembangan Pelestarian Dan Penyebaran Teknik
Pembuatan Keris Berikut Fungsi Sosial Dan Ritualnya. Teknik Pembuatan Keris
Mengalami Penghalusan Dan Pemilihan Bahan Menjadi Semakin Selektif. Keris Pra-Kerajaan
Majapahit Dikenal Berat Namun Semenjak Masa Ini Dan Seterus Bilah
Keris dikenali Ringan Tetapi masih Kuat dan hal ini menjadi Petunjuk Kualitas
Sebuah Keris di masa tersebut.
Penggunaan Pusaka - Keris
Sebagai Tanda Kebesaran Kalangan Aristokrat Juga Berkembang Pada Masa Ini Dan akhirnya
meluas Ke berbagai Penjuru Nusantara Terutama Di Bagian Barat. Selain Keris
Berkembang Pula
Teknik Pembuatan Dan Penggunaan Tombak ,
Arca pertapa Hindu dari masa Majapahit
akhir. Terdapat di Koleksi Museum für Indische
Kunst , Berlin -Dahlem,
Jerman. Majapahit telah menjadi sumber inspirasi kejayaan masa lalu bagi bangsa
di- Indonesia
pada abad-abad berikutnya. Kesultanan-kesultanan Islam Demak, Pajang, dan
Mataram berusaha mendapatkan legitimasi atas kekuasaan mereka melalui hubungan
ke Majapahit (TAMAT).
Demak Bintoro
Kesultanan-Kesultanan Islam Demak
Pajang Dan Mataram Berusaha
Mendapatkan Legitimasi Atas Kekuasaan Mereka Melalui Hubungan Ke Kerajaan
Majapahit. Demak Menyatakan Legitimasi sebagai Keturunan dari
Kertabhumi; Pendiri Kesultanan Demak bernama Raden Patah Menurut
Babad- Babad Keraton Demak Dinyatakan Sebagai Anak dari Kertabhumi dari Seorang
Putri Cina Yang Dikirim Ke Luar Istana Sebelum Ia Melahirkan.
Sebagai Negara adi daya di
kawasan Asia Tenggara, setelah Kejayaan Kerajaan Majapahit digantikan oleh Kraton
Demak Bintoro, kesultanan ini tetap aktif melakukan konsolidasi dan diplomasi.
Duta Besar Kraton Demak Bintoro ditempatkan di negara-negara Islam. Misalnya
saja Negeri Johor, Negeri Pasai, Negeri Gujarat, Negeri Turki, Negeri Parsi,
Negeri Arab dan Negeri Mesir. Tampak kerjasama dari sesama Negeri Islam itu
memang terjadi solidaritas keagamaan.
Sektor Pendidikan, para Pelajar
dari Demak Bintoro juga dikirim untuk belajar ke berbagai negeri sahabat
tersebut. Saat itu Kraton Demak Bintoro memang muncul sebagai Kraton maritim
Islam yang makmur, lincah, ber-ilmu, kosmopolit dan agamis. Buku Babad Demak
Babad Perkembangan Islam di Tanah Jawa ini memberi penjelasan yang sistematis
dan komprehensif mengenai peranan Kraton Demak Bintoro di panggung babad nasional,
regional dan internasional.Warisan
Sejarah
Demak berkembang dan berawal dari
pernyataan legitimasi keturunannya melalui Kertabhumi; melalui pendirinya,
Raden Patah, menurut babad-babad keraton Demak dinyatakan sebagai anak
Kertabhumi dan seorang Putri Cina, yang dikirim ke luar istana sebelum ia
melahirkan. Penaklukan Mataram atas Wirasaba tahun 1615 dipimpin langsung oleh Sultan Agung sendiri memiliki arti
penting karena merupakan lokasi ibukota Majapahit.
Keraton-keraton Jawa Tengah memiliki
tradisi dan silsilah yang berusaha membuktikan hubungan para rajanya dengan
keluarga kerajaan Majapahit — sering kali dalam bentuk makam leluhur, yang di
Jawa merupakan bukti penting — dan legitimasi dianggap meningkat melalui
hubungan tersebut. Bali secara khusus mendapat pengaruh besar dari Majapahit,
dan masyarakat Bali adanya bangunan ibadah
(pura) dan kompleks perumahan masyarakat bercorak arsitektur majapahit dan
mereka menganggap diri sebagai penerus sejati dari adanya kebudayaan kerajaan Majapahit
dimasa kini.
Para penggerak nasionalisme Indonesia
modern, termasuk mereka yang terlibat dalam Gerakan Kebangkitan Nasional di
awal abad ke-20, telah merujuk pada Kerajaan Majapahit, hal ini adalah sebagai contoh
gemilang masa lalu Indonesia. Majapahit kadang dijadikan acuan batas politik
negara Republik Indonesia
saat ini.
Dalam propaganda yang dijalankan tahun
1920-an, Partai Komunis Indonesia
menyampaikan visinya tentang masyarakat tanpa kelas sebagai penjelmaan kembali
dari Majapahit yang diromantiskan. Sukarno juga mengangkat Majapahit untuk
kepentingan persatuan dan kesatuan bangsa, sedangkan Orde Baru menggunakannya
untuk kepentingan perluasan dan konsolidasi kekuasaan negara.
Sebagaimana Majapahit, negara Indonesia
modern meliputi wilayah yang luas dan secara politik berpusat di pulau Jawa. Majapahit
memiliki pengaruh yang nyata dan berkelanjutan dalam bidang arsitektur di Indonesia .
Penggambaran bentuk paviliun (pendopo) berbagai bangunan di ibukota Majapahit
dalam kitab Negarakretagama telah menjadi inspirasi bagi arsitektur berbagai
bangunan keraton di Jawa dan Indonesia
masa kini.
Kebesaran kerajaan ini dan berbagai
intrik politik yang terjadi pada masa itu menjadi sumber inspirasi yang tidak
henti-hentinya bagi para seniman dari masa ke-masa untuk selanjutnya dapat menuangkan
kreasinya, terutama seniman di Negeri Indonesia .
Berikut adalah daftar beberapa karya seni
yang berkaitan dengan masa tersebut.isi L
Serat Darmagandhul, sebuah kitab
yang tidak jelas siapa penulisnya karena menggunakan nama pena Ki Kalamwadi, namun Serat
Darmagandhul ini diperkirakan dari masa Kasunanan Surakarta. Kitab ini
berkisah tentang hal-hal yang berkaitan dengan perubahan keyakinan orang- orang
Majapahit dari agama sinkretis "Budha" menjadi agama Islam ,menceritakan
sejumlah ibadah yang perlu dilakukan sebagai umat Islam, dan selain Serat
Darmagandhul terdapat juga cerita- cerita kerajaan diantaranya sebagai berikut;Strip Komik
·
Serial "Mahesa Rani" karya Jan
Mintaraga yang dimuat di Majalah Hai, mengambil latar belakang pada masa
keruntuhan Singhasari hingga awal-awal karier Narottama (Gajah Mada).
·
Komik/Cerita bergambar Imperium Majapahit, karya
Jan Mintaraga.
·
Komik Majapahit karya R.A. Kosasih
·
Strip komik "Panji Koming" karya Dwi
Koendoro yang dimuat di surat
kabar "Kompas" edisi Minggu, menceritakan kisah sehari-hari seorang
warga Majapahit bernama Panji Koming. l Sejarah
·
Sandyakalaning Majapahit (1933), roman sejarah
dengan setting masa keruntuhan Majapahit, karya Sanusi Pane.
·
Zaman Gemilang (1938/1950/2000), roman sejarah
yang menceritakan akhir masa Singasari, masa Majapahit, dan berakhir pada
intrik seputar terbunuhnya Jayanegara, karya Matu Mona/Hasbullah Parinduri.
·
Senopati Pamungkas (1986/2003), cerita silat
dengan setting runtuhnya Singhasari dan awal berdirinya Majapahit hingga
pemerintahan Jayanagara, karya Arswendo Atmowiloto.
·
Dyah Pitaloka - Senja di Langit Majapahit
(2005), roman karya Hermawan Achsan tentang Dyah Pitaloka Citraresmi, putri
dari Pajajaran yang gugur dalam Peristiwa Bubat.
·
Gajah Mada (2005), sebuah roman sejarah berseri
yang mengisahkan kehidupan Gajah Mada dengan ambisinya menguasai Nusantara,
karya Langit Kresna Hariadi.
·
Tutur Tinular, suatu adaptasi film karya S. Tidjab dari serial sandiwara radio. Kisah ini berlatar
belakang Singhasari pada pemerintahan Kertanegara hingga Majapahit pada
pemerintahan Jayanagara.
·
Saur Sepuh, suatu adaptasi film karya Niki
Kosasih dari serial sandiwara radio yang populer pada awal 1990-an. Film ini
sebetulnya lebih berfokus pada sejarah Pajajaran namun berkait dengan Majapahit
pula.
·
Walisongo, sinetron Ramadhan tahun 2003 yang berlatar
Majapahit di masa Brawijaya V hingga Kesultanan Demak di zaman Sultan
Trenggana.
Daftar Raja- raja Majapahit;
No
|
Provinsi
|
Gelar
|
Penguasa
|
Hubungan dengan
Raja
|
|
1
|
Bhre Kahuripan
|
Tribhuwanatunggadewi
|
ibu suri
|
||
2
|
Daha (bekas ibukota dari Kediri)
|
Bhre Daha
|
Rajadewi Maharajasa
|
bibi sekaligus ibu mertua
|
|
3
|
Tumapel (bekas ibukota dari Singhasari)
|
Bhre Tumapel
|
Kertawardhana
|
ayah
|
|
4
|
Wengker (sekarang Ponorogo)
|
Bhre Wengker
|
Wijayarajasa
|
paman sekaligus ayah mertua
|
|
5
|
Matahun (sekarang Bojonegoro)
|
Bhre Matahun
|
Rajasawardhana
|
suami dari Putri Lasem, sepupu raja
|
|
6
|
Wirabhumi (Blambangan)
|
Bhre Wirabhumi
|
Bhre Wirabhumi1
|
anak
|
|
7
|
Paguhan
|
Bhre Paguhan
|
Singhawardhana
|
saudara laki-laki ipar
|
|
8
|
Kabalan
|
Bhre Kabalan
|
Kusumawardhani2
|
anak perempuan
|
|
9
|
Pawanuan
|
Bhre Pawanuan
|
Surawardhani
|
keponakan perempuan
|
|
10
|
Bhre Lasem
|
Rajasaduhita Indudewi
|
sepupu
|
||
11
|
Bhre Pajang
|
Rajasaduhita Iswari
|
saudara perempuan
|
||
12
|
Bhre Mataram
|
Wikramawardhana2
|
keponakan laku-laki
|
||
Catatan: 1 Bhre Wirabhumi sebenarnya adalah gelar: Pangeran Wirabhumi (blambangan), nama aslinya tidak diketahui dan sering disebut sebagai Bhre Wirabhumi dari Pararaton. Dia menikah dengan Nagawardhani, keponakan perempuan raja. 2 Kusumawardhani (putri raja) menikah dengan Wikramawardhana (keponakan laki-laki raja), pasangan ini lalu menjadi pewaris tahta. |